What does 2013
means to you? Buat saya 2013 adalah turning point dalam hidup saya, tahun
roller coaster, tahun perjuangan, tahun metamorfosis, entah apa istilah yang tepat, tapi pil pahit
di 2013 akan sangat berharga untuk saya menjadi manusia yang hakiki.
2013 saya
dimulai dengan mendapat pekerjaan di tempat dengan imbalan yang baik, lebih
lagi dengan job desc yang sesuai dengan kompetensi saya, waktu itu juga ramai
diperbincangkan bahwa pak Basuki (Ahok) meminta secara langsung 100 lulusan PBB
STAN untuk ditempatkan Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta. Menyenangkan rasanya
bisa memberi ibuk uang untuk pertama kalinya, sepele, tapi bagi fresh graduate
seperti saya ada kebanggaan tersendiri untuk bisa melepas subsidi dari orang
tua.
Bila
diingat sekarang, betapa naifnya saya dulu untuk melepas semua itu dengan
congkaknya hanya karena “yakin ditempatkan di DPP DKI jakarta”, saya begitu
terburu-buru dan berpikir bahwa saya tidak punya waktu lagi untuk merasakan
liburan, walau terbukti saya salah (karena liburannya ternyata super panjang).
Saya memutuskan untuk berhenti dari UPPD Jagakarsa dan bertualang keliling Jawa
Timur, Java Trip part 2, membuang semua ikatan duniawi untuk mendekatkan diri
pada alam.
Melelahkan
dan sangat menyenangkan, backpacking selalu membawa saya pada kemanusiaan saya
dan menguatkan karakter saya. Hal favorit saya dalam berkelana sendirian adalah
keheningan sepanjang perjalanan (walau bapak-bapak di sebelah selalu cerewet
bertanya ini itu), mengamati penumpang lain, mendengarkan diskusi para
penumpang, rasanya syahdu sekali, ada yang mengeluhkan hidupnya, ada yang
membanggakan anaknya, ada juga yang menceritakan kisah perjuangannya di zaman
penjajahan, semua ilmu baru untuk media bersyukur.
Di Jawa
Timur saya berkelana ke Malang, Jember, Bondowoso, dan terakhir ke Bromo
melalui Probolinggo. Pada dasarnya saya ingin mendaki Semeru dan Kawah Ijen,
tapi naas kedua gunung tersebut sedang ditutup karena curah hujan sedang
tinggi, mungkin Alloh juga tahu kalau mental saya belum cukup kuat saat itu. Setelah
Java Trip, saya melancong ke pulau seberang, ke pulau yang tanahnya berkilauan
bak intan permata, Kalimantan, pulau dengan potensi permata yang luar biasa. Let
pictures describe my journey to find myself. :)
piknik disek nang Goa Cino |
kebun teh Wonosari |
sekarang foto di kebun orang dulu, nanti di kebun sendiri |
new friends at Jember |
senja di Papuma |
di pantai Papuma |
bakar api unggun di rumah yusron |
Bosamba rafting |
rafting di Bosamba Bondowoso |
daym |
Keliling padang pasir |
Bromo Tengger |
meet my Malang guides, thanks bros! :) |
Mandorin pasar terapung |
Rumah adat Banjar |
Pasar terapung Lok Baintan |
Saya pulang
sebagai orang baru, jiwa saya telah dicharge penuh, tapi saya lupa saya punya
PR besar, saya tidak punya pekerjaan, tapi bagi saya dan keluarga hal itu tidak
terlalu menjadi masalah, karena memang saya sebagai lulusan STAN akan segera
ditempatkan di Kementerian Keuangan, tapi kita tidak pernah bisa memprediksi
hidup, ternyata orang yang saya kira paling mengerti saya justru tidak bisa
menerima kondisi saya saat itu, saya pun enggan menyadarinya karena memang saya
ingin berlibur sebelum sepanjang usia mengabdi untuk negara.
My significant other, my other half, my sun, entah kalimat gombal apalagi yang saya
gunakan untuk mendeskripsikannya, perjalanan 4 tahun kami bersama serasa
menjadi sia-sia belaka. Kala itu dia bekerja di BPN dengan gaji yang lumayan
besar untuk ukuran fresh graduate, sedangkan saya pengangguran menanti penempatan,
kala itu seperti petir di siang bolong, Alloh dengan segala kuasanya
menunjukkan siapa dia yang sebenarnya, bagaikan film, satu per satu saya
temukan fakta-fakta mencengangkan yang tak perlu diulas disini, saat ini saya
hanya bisa berdoa untuk kebahagiaannya dengan lelaki yang ia pilih, ketahuilah
bahwa uang, minuman keras, dan lantai dansa hanyalah seperti kembang api,
meledak indah di awal lalu lenyap tanpa bekas.
Saya tidak
akan memungkiri bahwa saya pun bebarapa kali melakukannya, dan mungkin saja
saya terlihat senang melakukannya, tapi memang sudah karakter saya untuk
menikmati apa yang hidup ini berikan, senyum saya akan tetap menghiasi
perjalanan saya, tapi bila hidup ini digunakan hanya untuk mencari hal-hal
demikian, rasanya hidup ini turun derajat dari hambar menjadi tak berarti. Saat
itu saya belum bisa memetik hikmah apapun dari kejadian tersebut, saya
terpukul, saya bahkan menyalahkan Alloh karena mengecewakan saya (padahal
sendirinya juga sering ngecewain Alloh), tapi hidup harus tetap berjalan, walau
dengan kesedihan, sendirian, di rumah, miris sekali waktu itu, teman-teman saya
sedang sibuk-sibuknya skripsi, magang, ataupun bekerja, tapi sekali lagi, hidup
harus tetap berjalan.
Momen itu
bertepatan dengan TKD yang harus saya jalani sebagai persyaratan penempatan
saya, berjuang demi mencapai sesuatu, sendirian, ternyata lebih sulit dari yang
saya bayangkan, kalau diingat kembali dia yang dulu selalu mendukung saya saat
belajar untuk persiapan SNMPTN dan USM STAN, dia dulu sering mengingatkan saya
untuk belajar, bahkan waktu kencan kami digunakan untuk belajar, sekarang
rasanya seperti berjalan tanpa arah, berjuang untuk diri sendiri itu tidak
menarik, tidak ada motivasi, tapi hidup harus tetap berjalan.
Ada alasan
tersendiri kenapa saya begitu merasa kehilangan saat itu, karena sepanjang
hidup saya terbiasa diremehkan orang lain, hanya dia saja yang memperlakukan
saya sebagai orang hebat, saya pun merasa berarti (walau ternyata justru baru
saya sadari kalau zona nyaman tersebut yang sedikit melemahkan saya), tapi
sepanjang usia juga saya terbiasa mengejutkan orang lain dengan hasil akhir
yang tak disangka-sangka, juara kelas, lolos SNMPTN di Hubungan Internasional
Unibraw, dan lolos STAN adalah sebagian kecil kejutan yang saya berikan untuk
mereka yang sering meremehkan saya. TKD kala itu pun menambah jumlah kejutan
yang saya berikan, syukur Alhamdulillah, nilai saya membawa saya penempatan di
Sekretariat Jenderal Kemenkeu, yang artinya kecil kemungkinan saya untuk
ditempatkan di daerah (mungkin saya ditinggalkan juga karena dia takut saya
bawa ke daerah, tapi ternyata sang takdir punya skenario lain).
Lebih luar
biasa lagi saya ditempatkan di unit Eselon II Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan, tempat luar biasa yang tidak cukup untuk dideskripsikan dengan 1-2
alinea, yang pasti saya bekerja untuk mendidik calon-calon pemimpin masa depan,
dan amanah ini adalah anugerah terbesar dari Alloh untuk saya di tahun 2013. Di
LPDP saya bertemu dengan orang-orang yang mempunyai visi dan integritas, disini
juga saya menemukan arti dari sebuah pengabdian, terlebih lagi cita-cita besar
saya adalah membangun sebuah fondasi beasiswa untuk anak-anak kurang mampu,
ditempatkan di LPDP terasa menjadi petunjuk dari Alloh bahwa mimpi saya lebih
besar dari sekedar cinta tak berarah, LPDP adalah sajadah panjang saya untuk
mengabdi dan mendekatkan diri pada Alloh, hidup harus terus berjalan, dan mimpi
saya tak akan pernah padam.
“menang atau kalah, bila
tak bisa kau petik hikmah di dalamnya, maka kau lah pecundangnya”
Saya menulis
artikel ini karena saya pun baru menyadari hikmah dari tahun 2013 saya. Terlepas
dari perlakuan saya terhadap wanita yang tidak boleh cuek lagi seperti dulu
(berkat buku “Men are from Mars, Women
are from Venus”, recommended book, you should read it!), hikmah terbesar
yang saya dapatkan adalah, timing dari Alloh jauh lebih baik dari timing yang
diinginkan manusia manapun, seandainya saya ditempatkan di awal tahun, tentu
saya tidak akan sempat berkelana mencari diri saya yang sampai sekarang belum
sepenuhnya saya temukan (need to “run away” more!), bila saya ditempatkan di
pertengahan tahun, tentu saya tidak akan sempat diperlihatkan keburukan dia
yang pernah saya cinta, dan bisa jadi saya malah menikahi wanita yang salah dan
menerima pil pahit di saat saya tidak bisa lari lagi, Subhanalloh, 1 Oktober
2013 adalah waktu penempatan yang paling sempurna untuk saya bisa lebih memahami
hidup ini, perjuangan sebagai pengangguran, perjuangan bekerja di kantor dengan
akses sulit, perjuangan mengobati luka hati, sungguh lebih cepat ataupun lebih
lama dari tanggal itu mungkin akan menjadi jauh lebih sulit lagi bagi saya
untuk tetap waras dan bijak menghadapi hidup ini. Dan artikel ini pun saya
tutup dengan satu kesimpulan bahwa
“semua akan indah pada
waktunya, Alloh maha mengetahui apa yang terbaik untuk kita”
So, keep it
together guys, jangan menyerah, jangan padamkan bara di hatimu, tidak ada yang
sia-sia, ikhlas mengasah diri dan memperjuangkan nasib, bila kita sudah cukup
pantas, Alloh tidak akan mengecewakan kita. Ciao :)
Bramantyo Adi Nugroho
Pelaksana Divisi Anggaran dan Akuntansi
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
Sabtu, 4 Januari 2014
diketik sambil mendengarkan "Something Beatiful - Robbie Williams"
diketik sambil mendengarkan "Something Beatiful - Robbie Williams"
Salam appraiser. Keep writing, bro.
ReplyDeleteBtw, kata-kata ini ngeri sekali! "ketahuilah bahwa uang, minuman keras, dan lantai dansa hanyalah seperti kembang api, meledak indah di awal lalu lenyap tanpa bekas.
makasih mam :D
Deletehha, tiba2 terbersit mam itu kata2nya...
maaf ya blogku berantakan, nanti aku tak belajar HTML lagi...
makasih uda mampir mam :D
kerjoo woyy kerjooo... malah ngeblog.. wakakaka.. aku ng kene sek nggawe video gan.. ayo nggawe maneh bareng treepod! :D
ReplyDeleteayo wes eksekusi... kapan dmn? :D
Deletefotoku ga ono -_____-"
ReplyDeletewkwk, nasib fotografer :p
Delete*peluk* :"""
ReplyDelete