Saturday 4 January 2014

metamorphosis

 What does 2013 means to you? Buat saya 2013 adalah turning point dalam hidup saya, tahun roller coaster, tahun perjuangan, tahun metamorfosis, entah apa istilah yang tepat, tapi pil pahit di 2013 akan sangat berharga untuk saya menjadi manusia yang hakiki.

2013 saya dimulai dengan mendapat pekerjaan di tempat dengan imbalan yang baik, lebih lagi dengan job desc yang sesuai dengan kompetensi saya, waktu itu juga ramai diperbincangkan bahwa pak Basuki (Ahok) meminta secara langsung 100 lulusan PBB STAN untuk ditempatkan Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta. Menyenangkan rasanya bisa memberi ibuk uang untuk pertama kalinya, sepele, tapi bagi fresh graduate seperti saya ada kebanggaan tersendiri untuk bisa melepas subsidi dari orang tua.

Bila diingat sekarang, betapa naifnya saya dulu untuk melepas semua itu dengan congkaknya hanya karena “yakin ditempatkan di DPP DKI jakarta”, saya begitu terburu-buru dan berpikir bahwa saya tidak punya waktu lagi untuk merasakan liburan, walau terbukti saya salah (karena liburannya ternyata super panjang). Saya memutuskan untuk berhenti dari UPPD Jagakarsa dan bertualang keliling Jawa Timur, Java Trip part 2, membuang semua ikatan duniawi untuk mendekatkan diri pada alam.

Melelahkan dan sangat menyenangkan, backpacking selalu membawa saya pada kemanusiaan saya dan menguatkan karakter saya. Hal favorit saya dalam berkelana sendirian adalah keheningan sepanjang perjalanan (walau bapak-bapak di sebelah selalu cerewet bertanya ini itu), mengamati penumpang lain, mendengarkan diskusi para penumpang, rasanya syahdu sekali, ada yang mengeluhkan hidupnya, ada yang membanggakan anaknya, ada juga yang menceritakan kisah perjuangannya di zaman penjajahan, semua ilmu baru untuk media bersyukur.

Di Jawa Timur saya berkelana ke Malang, Jember, Bondowoso, dan terakhir ke Bromo melalui Probolinggo. Pada dasarnya saya ingin mendaki Semeru dan Kawah Ijen, tapi naas kedua gunung tersebut sedang ditutup karena curah hujan sedang tinggi, mungkin Alloh juga tahu kalau mental saya belum cukup kuat saat itu. Setelah Java Trip, saya melancong ke pulau seberang, ke pulau yang tanahnya berkilauan bak intan permata, Kalimantan, pulau dengan potensi permata yang luar biasa. Let pictures describe my journey to find myself. :)

piknik disek nang Goa Cino

kebun teh Wonosari

sekarang foto di kebun orang dulu, nanti di kebun sendiri

new friends at Jember

senja di Papuma

di pantai Papuma

bakar api unggun di rumah yusron

Bosamba rafting

rafting di Bosamba Bondowoso

daym

Keliling padang pasir

Bromo Tengger

meet my Malang guides, thanks bros! :)

Mandorin pasar terapung

Rumah adat Banjar

Pasar terapung Lok Baintan



Surga tersembunyi di selatan Kab.Malang


Saya pulang sebagai orang baru, jiwa saya telah dicharge penuh, tapi saya lupa saya punya PR besar, saya tidak punya pekerjaan, tapi bagi saya dan keluarga hal itu tidak terlalu menjadi masalah, karena memang saya sebagai lulusan STAN akan segera ditempatkan di Kementerian Keuangan, tapi kita tidak pernah bisa memprediksi hidup, ternyata orang yang saya kira paling mengerti saya justru tidak bisa menerima kondisi saya saat itu, saya pun enggan menyadarinya karena memang saya ingin berlibur sebelum sepanjang usia mengabdi untuk negara.

My significant other, my other half, my sun, entah kalimat gombal apalagi yang saya gunakan untuk mendeskripsikannya, perjalanan 4 tahun kami bersama serasa menjadi sia-sia belaka. Kala itu dia bekerja di BPN dengan gaji yang lumayan besar untuk ukuran fresh graduate, sedangkan saya pengangguran menanti penempatan, kala itu seperti petir di siang bolong, Alloh dengan segala kuasanya menunjukkan siapa dia yang sebenarnya, bagaikan film, satu per satu saya temukan fakta-fakta mencengangkan yang tak perlu diulas disini, saat ini saya hanya bisa berdoa untuk kebahagiaannya dengan lelaki yang ia pilih, ketahuilah bahwa uang, minuman keras, dan lantai dansa hanyalah seperti kembang api, meledak indah di awal lalu lenyap tanpa bekas.

Saya tidak akan memungkiri bahwa saya pun bebarapa kali melakukannya, dan mungkin saja saya terlihat senang melakukannya, tapi memang sudah karakter saya untuk menikmati apa yang hidup ini berikan, senyum saya akan tetap menghiasi perjalanan saya, tapi bila hidup ini digunakan hanya untuk mencari hal-hal demikian, rasanya hidup ini turun derajat dari hambar menjadi tak berarti. Saat itu saya belum bisa memetik hikmah apapun dari kejadian tersebut, saya terpukul, saya bahkan menyalahkan Alloh karena mengecewakan saya (padahal sendirinya juga sering ngecewain Alloh), tapi hidup harus tetap berjalan, walau dengan kesedihan, sendirian, di rumah, miris sekali waktu itu, teman-teman saya sedang sibuk-sibuknya skripsi, magang, ataupun bekerja, tapi sekali lagi, hidup harus tetap berjalan.

Momen itu bertepatan dengan TKD yang harus saya jalani sebagai persyaratan penempatan saya, berjuang demi mencapai sesuatu, sendirian, ternyata lebih sulit dari yang saya bayangkan, kalau diingat kembali dia yang dulu selalu mendukung saya saat belajar untuk persiapan SNMPTN dan USM STAN, dia dulu sering mengingatkan saya untuk belajar, bahkan waktu kencan kami digunakan untuk belajar, sekarang rasanya seperti berjalan tanpa arah, berjuang untuk diri sendiri itu tidak menarik, tidak ada motivasi, tapi hidup harus tetap berjalan.

Ada alasan tersendiri kenapa saya begitu merasa kehilangan saat itu, karena sepanjang hidup saya terbiasa diremehkan orang lain, hanya dia saja yang memperlakukan saya sebagai orang hebat, saya pun merasa berarti (walau ternyata justru baru saya sadari kalau zona nyaman tersebut yang sedikit melemahkan saya), tapi sepanjang usia juga saya terbiasa mengejutkan orang lain dengan hasil akhir yang tak disangka-sangka, juara kelas, lolos SNMPTN di Hubungan Internasional Unibraw, dan lolos STAN adalah sebagian kecil kejutan yang saya berikan untuk mereka yang sering meremehkan saya. TKD kala itu pun menambah jumlah kejutan yang saya berikan, syukur Alhamdulillah, nilai saya membawa saya penempatan di Sekretariat Jenderal Kemenkeu, yang artinya kecil kemungkinan saya untuk ditempatkan di daerah (mungkin saya ditinggalkan juga karena dia takut saya bawa ke daerah, tapi ternyata sang takdir punya skenario lain).

Lebih luar biasa lagi saya ditempatkan di unit Eselon II Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, tempat luar biasa yang tidak cukup untuk dideskripsikan dengan 1-2 alinea, yang pasti saya bekerja untuk mendidik calon-calon pemimpin masa depan, dan amanah ini adalah anugerah terbesar dari Alloh untuk saya di tahun 2013. Di LPDP saya bertemu dengan orang-orang yang mempunyai visi dan integritas, disini juga saya menemukan arti dari sebuah pengabdian, terlebih lagi cita-cita besar saya adalah membangun sebuah fondasi beasiswa untuk anak-anak kurang mampu, ditempatkan di LPDP terasa menjadi petunjuk dari Alloh bahwa mimpi saya lebih besar dari sekedar cinta tak berarah, LPDP adalah sajadah panjang saya untuk mengabdi dan mendekatkan diri pada Alloh, hidup harus terus berjalan, dan mimpi saya tak akan pernah padam.

“menang atau kalah, bila tak bisa kau petik hikmah di dalamnya, maka kau lah pecundangnya”

Saya menulis artikel ini karena saya pun baru menyadari hikmah dari tahun 2013 saya. Terlepas dari perlakuan saya terhadap wanita yang tidak boleh cuek lagi seperti dulu (berkat buku “Men are from Mars, Women are from Venus”, recommended book, you should read it!), hikmah terbesar yang saya dapatkan adalah, timing dari Alloh jauh lebih baik dari timing yang diinginkan manusia manapun, seandainya saya ditempatkan di awal tahun, tentu saya tidak akan sempat berkelana mencari diri saya yang sampai sekarang belum sepenuhnya saya temukan (need to “run away” more!), bila saya ditempatkan di pertengahan tahun, tentu saya tidak akan sempat diperlihatkan keburukan dia yang pernah saya cinta, dan bisa jadi saya malah menikahi wanita yang salah dan menerima pil pahit di saat saya tidak bisa lari lagi, Subhanalloh, 1 Oktober 2013 adalah waktu penempatan yang paling sempurna untuk saya bisa lebih memahami hidup ini, perjuangan sebagai pengangguran, perjuangan bekerja di kantor dengan akses sulit, perjuangan mengobati luka hati, sungguh lebih cepat ataupun lebih lama dari tanggal itu mungkin akan menjadi jauh lebih sulit lagi bagi saya untuk tetap waras dan bijak menghadapi hidup ini. Dan artikel ini pun saya tutup dengan satu kesimpulan bahwa

“semua akan indah pada waktunya, Alloh maha mengetahui apa yang terbaik untuk kita”

So, keep it together guys, jangan menyerah, jangan padamkan bara di hatimu, tidak ada yang sia-sia, ikhlas mengasah diri dan memperjuangkan nasib, bila kita sudah cukup pantas, Alloh tidak akan mengecewakan kita. Ciao :)


Bramantyo Adi Nugroho
Pelaksana Divisi Anggaran dan Akuntansi
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
Sabtu, 4 Januari 2014
diketik sambil mendengarkan "Something Beatiful - Robbie Williams"




Friday 3 January 2014

new year, new hope, new fight

decided to start blogging, new year, new hope, new fight... :)
will mostly share my pursuit of happiness, if only true happiness comes from money, how easy it would be to better understand life, doesn't make any sense? we are all connected, none can live alone, we need plants at minimum to stay alive, being happy is to understand how blessed we are to be a part of this web of life, know that without you, there's something, somewhere is missing, you balance the world, to be happy is to bring yourself closer to your soul, the inner voice inside you that you denied, pursuit of happiness is a journey to bring yourself closer to the greater existence, to Alloh whom we belong.

money and fame makes you happy, but will you stay happy without them? being rich is not about having money so much that you wipe your ass with dollars, being rich is to not be tied with the material world, being happy is to be rich, being rich is the pathway to happiness, happiness is a state of mind, an open mind.

happy 2014 for all of us, never make a promise you can't keep, let's hope we understand ourself better, and each step we take is a step forward toward our dream, our greater purpose, and our happiness.