Thursday 1 January 2015

2015, Bonus Demografi dan Resolusi



Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia


Kita sering mendengar istilah Bonus Demografi sejak Bappenas melaporkannya di tahun 2012, tapi apa sebenarnya manfaat dari bonus tersebut? Bonus Demografi adalah keuntungan secara ekonomis sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun), artinya negara kita memiliki lebih banyak aset Sumber Daya Manusia produktif dibanding beban SDM yang belum atau sudah tak memiliki produktivitas. Pada tahun 2012 kita memiliki bonus demografi sebesar 49,6%, hampir setengah jumlah penduduk kita adalah penduduk produktif, dan rasio ini diproyeksikan akan terus meningkat hingga pada tahun 2035 nanti menjadi sebesar 70%, tapi apa manfaat dari semua data tersebut? Data menunjukkan bahwa bonus demografi berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi antara 10-15% di Thailand, Taiwan dan Korea, bonus demografi ini dapat dijadikan momentum kebangkitan perekonomian Indonesia bila dimanfaatkan dengan baik.

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai kaum muda produktif dalam menyikapi bonus tersebut? Dengan berkurangnya beban penduduk tidak produktif di pundak kita, secara logika kemampuan finansial dan fiskal kita akan dapat mendorong perekonomian Indonesia, namun itu dengan asumsi bahwa penduduk produktif kita benar “mampu berproduksi” dan pemerintah mampu mengakomodir lapangan kerja untuk penduduk produktif tersebut. Kenapa harus memikirkan hal yang tidak bisa kita kendalikan? Biarkan pemerintah melakukan tugasnya, tugas kita adalah memenuhi syarat yang pertama, sudah cukup mampukah kita bersaing dengan SDM dari negara lain? Pertanyaan tersebut menjadi sangat menantang mengingat mulai tahun 2015 ini kita akan memasuki tahun awal AFTA (Asean Free Trade Area) dimana selain perdagangan dan investasi asing yang diberi kebebasan fiskal, SDM asing pun dapat dengan bebas bekerja di Indonesia, pemerintah bahkan belum mampu menyediakan lapangan kerja untuk warganya sendiri, bayangkan apa yang akan terjadi bila kita tidak meningkatkan kualitas diri kita dan membuktikan bahwa kita lebih baik dari SDM asing tersebut.

Atas dasar tersebut, adalah kewajiban kita -sebagai generasi muda yang pada tahun 2035 nanti diproyeksikan sebagai tonggak kepemimpinan bangsa- untuk meningkatkan kualitas diri kita, dan disana lah pendidikan berperan penting untuk mewujudkannya. Pendidikan adalah modal utama seseorang untuk meningkatkan kualitas hidupnya, meskipun pendidikan bisa didapatkan dimanapun dan melalui media apapun, tak dapat dipungkiri bahwa fasilitas pendidikan membuka banyak peluang bagi seseorang untuk meningkatkan nilai dan kualitas hidupnya. Kita melihat Bill Gates, Mark Zuckerberg dan Steve Jobs sebagai mahasiswa Drop Out yang sukses dan menjadi milliuner tanpa memiliki ijazah tinggi, kita lupa bahwa Bill Gates dan Mark Zuckerberg memiliki kapasitas untuk berkuliah di Harvard University (walau mereka menemukan jalan lebih baik tanpa ijazah, tapi kesempatan mereka dimulai dari sana), dan Steve Jobs, sebesar penyesalan dia memasuki sekolah tinggi, sebesar itu pula semangatnya dalam mengembangkan dirinya, bayangkan bila ia tak pernah mengikuti kursus kaligrafi, atau ia tidak mendalami dunia seni animasi, tak terbayangkan akibatnya pada dunia teknologi saat ini.

Kontinuitas adalah kunci, mengembangkan diri harus dilakukan secara terus menerus, bukan masalah dimana kita menerima pendidikan, tapi dimanapun kita harus bisa menjadikannya sebagai pendidikan, bila kita sedang belajar di jenjang perkuliahan, temukan lahan belajar lain selain di kelas, bila kita sedang bekerja, jadikan pengalaman bekerja dan networking sebagai ajang menambah nilai diri, bila kita sedang menjalankan bisnis, jangan berpuas diri dengan produksi sejumlah x, bila kita bisa memproduksi 100x dari jumlah sumber daya yang sama kenapa harus berhenti berinovasi? Pendidikan adalah tanggung jawab kita masing-masing, pemerintah hanya mampu menyediakan fasilitas belajar dan kurikulum yang dipandang relevan untuk bangsa, namun pilihan untuk mendidik dan mengembangkan diri adalah sepenuhnya plerogatif kita masing-masing.

Belum lama kembang api menyambut tahun baru 2015 berpijar di angkasa, lalu apa yang akan kita lakukan tahun ini untuk menyongsong bonus demografi Indonesia? Resolusi saya adalah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan apapun pilihan anda, kesempatan telah hadir di depan mata, bonus demografi adalah pedang bermata dua, tidak mempersiapkannya dengan baik maka ia akan menjadi bumerang keras di wajah kita, persiapkan dan sikapi dengan baik maka ia akan meningkatkan kita ke level yang lebih tinggi, dan pilihan untuk membuangnya atau memaksimalkannya sampai tetes terakhir adalah sepenuhnya plegoratif anda, the future is there for the taking.

Bramantyo Adi Nugroho
An appraiser who happens to devote his life for education
Currently works as a govt official at LPDP Ministry of Finance
Know me better on twitter @bramlennon